Pedoman Monitoring Fluktuasi Populasi Satwa

Pembukaan
Sampai sekarang ini Indonesia telah menyisakan 18,7 juta hektar kawasan hutan untuk kepentingan perlindungan dan pelestarian alamnya. Kawasan tersebut merupakan perwakilan hampir semua tipe ekosistem dan juga habitat flora dan fauna liar yang sekaligus merupakan sumber plasma nutfah. Kawasan konservasi yang dimaksud berupa Suaka Alam dan Hutan Wisata serta Taman Nasional, yang tersebar diseluruh pelosok nusantara dan pengelolanya dilaksanakan oleh unit-unit pelaksana teknis Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestaria Alam Departemen Kehutanan. Kurang lebih 12 juta hektar telah dikukuhkan dan sisanya masih merupakan calon Suaka Alam dan Hutan Wisata yang sudah diplotkan dalam Tata Guna Hutan Kesepakatan.
Pada saat ini unit pengelola sudah terwujud dan berjalan, sarana dan prasarana fisik sudah dilengkapi, akan tetapi sarana pengelola dalam bentuk panduan teknis berupa pedoman yang bisa membantu kelancaran kerja petugas lapangan perlu segera disusun, diantaranya Pedoman Monitoring Fluktuasi Populasi Satwa
Dalam pedoman ini tekanan isinya bukan menghitung populasi satwa secara keseluruhan, akan tetapi hanya bersifat perperiode waktu tertentu pada plot-plot tetap yang sudah ditentukan untuk mengetahui kecenderungan turun naiknya populasi satwa (fluktuasi) pada tempat dan waktu tertentu.



Maksud Tujuan dan Sasaran
1). Maksud
Maksud dari penyusunan pedoman monitoring fluktuasi populasi satwa adalah untuk memberikan arah, petunjuk dan pegangan bagi petugas lapangan untuk kegiatan monitoring fluktuasi satwa di dalam kawasan konservasi.
2). Tujuan
Agar seluruh kegiatan monitoring fluktuasi populasi satwa dapat dilaksanakan seragam, teratur, terus menerus dan hasilnya optimal, sehingga tercapai tujuan pengelolaan kawasan dan jenis yang maksimal.
3). Sasaran
Kegiatan monitoring fluktuasi populasi satwa dilaksanakan diseluruh kawasan konservasi dan kawasan hutan lainnya yang merupakan habitat satwa.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman adalah monitoring secara terus menerus per preriode waktu tertentu terhadap populasi satwa Badak Jawa, Badak Sumatera, Gajah, Banteng, Harimau Jawa, Rusa, Kerbau Liar, dan Babi Hutan (Celeng Alas) di dalam kawasan konservasi dan kawasan hutan lainnya yang juga merupakan habitat satwa-satwa tersebut.

Pengambilan Data Satwa Di Luar Areal Baru
Setiap populasi jenis satwa mempunyai sifat dan ciri tertentu baik sifat dari populasinya sendiri maupun sifat yang ditimbulkan oleh individu-individu yang membentuk populasi tersebut. Dalam monitoring fluktuasi Populasi Satwa sifat dan ciri ini dipergunakan untuk memperoleh data, sehingga mempermudah pelaksanannya.
Contoh : Rusa (Cervus unicolor, Cervus timorensis)


Nilai Konservasinya lebih rendah dari banteng, perkembangannya relatif cepat, mudah beradaptasi, populasi masih cukup tinggi dan menyebar di pulau-pulau besar dan kecil di seluruh Indonesia.
1). Periode dan waktu pengambilan data :
a). Periode : satu kali dalam tiga tahun
b). Waktu : pada tanggal, bulan yang sama, yaitu pada musim kemarau.
Penghitungan dilakukan 5 kali ulangan dalam waktu 10 hari.
2). Tempat dan cara monitoring :
a). Tempat : tempat ditemukan koloni-koloni rusa sepanjang tahun (habitatnya), pada tempat tersebut ditentukan lokasi plot monitor misalnya di padang rumput, tempat minum atau tempat tempat lain yang menunjang dilakukan monitoring populasi.
b). Cara Monitoring : penghitungan langsung, dengan 5 kali ulangan, nilai akhir adalah angka rata-rata.
3). Data yang dimonitor :
<> Jumlah rusa yang dijumpai dalam plot
<> Tingkat umur
<> Perbandingan satwa jantan dan betina.
4). Catatan
Hal-hal khusus yang menunjang hasil monitoring dicatat.

Pengambilan Data Satwa Di Taman Baru
Taman baru merupakan kawasan konservasi yang diperuntukan bagi pemburuan. Kawasan ini mempunyai ciri sendiri yang berbeda dengan kawasan konservasi lainnya, karena di dalamnya dibolehkan pemanan satwa secara terkendali dalam bentuk perburuan.
Monitoring diutamakan terhadap jenis-jenis satwa baru, antar lain babi hutan, rusa, kijang, sapi hutan, kerbau liar dan satwa-satwa baru lainnya. Cara monitor untuk satwa-satwa rusa, sapi hutan sama dengan cara monitor di suaka alam dan taman wisata, perbedaannya hanya dalam periode waktu pengambilan data. Yaitu pada taman baru dilakukan 2 kali dalam setahun pada bulan-bulan sesudah dan sebelum musim perburuan.
Contoh : Babi Hutan (Sus vitatus, Sus barbatus, Sus verrucocus)

Satwa-satwa baru ini tidak dilindungi, perkembangannya cepat, mudah beradaptasi, makanannya sangat bervariasi, populasi cukup tinggi dan tersebar merata di seluruh kepulauan di Indonesia.
1). Periode dan waktu pengambilan data :
a). Periode : dua kali setahun, sebelum dan sesudah musim perburuan.
b). Waktu : pada tanggal, bulan yang sama setiap tahun, yaitu pada bulan sesudah dan sebelum musim perburuan.
2). Tempat dan cara monitoring :
a). Tempat : tempat ditemukannya koloni-koloni babi, misalnya dihutan, tempat berkubang, tempat minum. Pada tempat tersebut dibuat plot/jalur monitor tetap.
b). Cara monitoring : dengan mengadakan perhitungan jumlah koloni dan diketemukan berdasarkan klasifikasi : banyak, sedang, sedikit, bekas kubangan dan tanda-tanda lain.
3). Data yang dimonitor :
Jumlah babi yang ditemukan di dalam plot/jalur, tingkat umur, jumlah jantan dan betina dan atau jejak.
4). Catatan
Hal-hal khusus yang menunjang hasil monitoring perlu dicatat, antara lain :
<>Keadaan habitat dan makanan saat monitoring.
<>Keadaan cuaca pada saat monitor
<>Kondisi Satwa
<>Predator
Petunjuk Teknis Sementara Monitoring Fluktuasi Populasi Satwa
1). Persiapan
(*) Studi Literatur
Pelajari Morfologi satwa, sifat dan tingkah lakunya tanda-tanda berupa jejak untuk klasifikasi jenis dan tingkat umur, ciri dan karektreristik kotoran dan tanda-tanda lain home range, habitat, sebaran populasi dan kondisi kawasan secara umum.
(*) Peralatan Lapangan
Teropong, phiband, buku panduan jejak, tally sheet.
2). Data Lapangan
Posisi jejak yang ditemukan, ukuran jejak, perkiraan umur jejak (baru, sedang, lama), jenis satwa, tanda-tanda lain yang ditemukan (cakaran di pohon, bekas sisa makanan, kotoran dan sebagainya).
3). Metode
(*) Track Count pada jalur tetap
a). Monitoring : Tentukan jalur tetap untuk monitor (jalur patroli atau jalur tetap lainya). Adakan monitor jejak sepanjang jalur.
b). Analisa Data : Data monitoring berupa jejak diklasifikasi berdasarkan jenis jejak satwa dan ukurannya. Ciri khas jejak dan ukuran minimal tertentu dari jajak bisa menunjukkan jenis satwanya, selanjutnya ukuran jejak jenis tertentu bisa menentukan klasifikasi umur.

Monitoring Populasi Elang Jawa

1. Persiapan
1.1 Studi Literatur
Pelajari morfologi satwa, sifat dan tingkah lakunya , bentuk jejak, kotoran, jenis makanan dan tanda-tanda lain, home range , habitat dan kondisi kawasan secara umum.
1.2 Peralatan Lapangan
Teropong, Altimeter, Peta Topografi, Peta Kerja, Kompas, Tally Sheet, Papan Board, Penisl, Ballpoint, GPS.
2. Data Lapangan
Posisi dan ketinggian tempat monitor dari permukaan laut, jumlah kelompok satwa dan jumlah anggotanya yang melewati jalur monitor, perbandingan jantan dan betina, kelas umur per kelompok satwa dan kondisi satwa secara umum, kondisi kawasan secara umum.
3. Metode
1.3 Pencatatan Langsung
a. Persiapan
Tentukan suatu lokasi tetap untuk monitor, lokasi tersebut merupakan habitat tetap Elang Jawa. Pada tempat tersebut diadakan monitoring.
b. Monitoring
Pada lokasi monitor yang sudah ditetapkan disiapkan tempat pengintaian satwa berupa menara pengintai yang dikamuflase atau pohon yang memungkinan dilakukan pengintaian. Pada tempat – tempat monitor tersebut ditempatkan satu atau dua orang petugas pencatat, waktu pencatatan disesuaikan dengan waktu satwa keluar untuk mencari makan,minum yaitu pada sore hari jam 16.00 – 18.00 lakukan pencatatan terhadap satwa yang muncul dengan menggunakan tally sheet.
c. Analisa Data
Data lapangan berupa jumlah kelompok, jumlah anggota kelompok, komposisi kelamin dan tingkat umur dari waktu ke waktu bisa menunjukan turun naiknya atau kecenderungan populasi satwa di suatu tempat.
1.4 Pencatatan Tidak Langsung
Metode ini dilakukan apabila sulit menemukan satwa secara langsung pada siang hari. Pencatatan dilakukan terhadap jumlah jejak yang ditemukan pada jalur monitor yang sudah disiapkan.
a. Persiapan
Tentukan suatu lokasi tetap untuk monitor, lokasi tersebut merupakan habitat tetap satwa Elang Jawa. Pilih suatu luasan area yang merupakan lintasan tetap Elang Jawa untuk dijadikan plot-plot monitor. Plot monitor dibuat beberapa buah pada tempat-tempat yang berjauhan dan diperkirakan satu plot/jalur monitor mewakili satu ekor elang jawa (dibedakan dengan bantuan ukuran bulu yang tertinggal).
b. Monitoring
Lakukan penghitungan terhadap jumlah individu elang jawa yang lewat pada jalur berdasarkan jumlah dan ukuran bulu yang ditemui.

Referensi : Buku Monitoring Satwa Liar Mapala

14 Responses to "Pedoman Monitoring Fluktuasi Populasi Satwa"

  1. wahh artikel yang menarik untuk dibaca gan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini artikel yang bertahun-tahun saya cari...keren banget gan!

      visit balik blog ane ya... http://magistalk.blogspot.com/2015/06/belajar-berbahasa-indonesia-dengan.html

      Hapus
  2. ketemu juga ni gan, wahh sungguh bagus nih gan :D

    BalasHapus
  3. Wih keren nih bisa nambah ilmu :D

    BalasHapus
  4. Yapz bner emg hrus bgitu
    Hrus dlindungi thu satwa.a biar gx dbjaak

    BalasHapus
  5. Artikelnya bermanfaat gan, gak rugi ane berkunjung ke blog ini :D

    BalasHapus
  6. lumayan nambah ilmu ya gan :D makasih yoo

    BalasHapus
  7. wahh seperti ini ya gan,w ah makasih banyak ya agn

    BalasHapus
  8. ohh jadi begitu ya cara untuk memonitoring populasi satwa ya gan,,saya bukan pendaki jadi kurang ngerti hehehe

    BalasHapus
  9. wahh sangat bener sekali nih gan :D :D :D

    BalasHapus
  10. bermanfaat ini gan, thanks ya

    BalasHapus

Silakan berkomentar !!!

- Dilarang Memasang Link Aktif
- Dilarang Berkomentar Dengan Kata Kata Kotor
- Dilarang Menghina / SARA
- Harus Sopan Dalam berkomentar
- Dilarang Spam
- Gunakan Bahasa Indonesia/English
- Berkomentarlah tentang artikel yang diatas