Tuhan menganugerahkan kepada manusa alam yang indah, dengan harapan, sebagai khalifah di muka bumi manusia dapat menjaga dan memanfaatkan alam untuk masa depan. Sebut saja gunung, hutan, laut semuanya sengaja diciptakan untuk memenuhi segala kebutuham hidup manusia. Konsekuensi yang akan didapat jika amanat besar itu tidak dilaksanakan tentunya sangat besar. Bencana-bencana alam yang beberapa waktu lalu serempak melanda berbagai belahan bumi adalah tanda bahwa kita sebagai khalifah di muka bumi lalai menjaga alam. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diingankan tersebut, kita harus bersama-sama menjaga alam yang kita huni. Salah satu cara sederhana yang dapat kita tempuh untuk menyadarkan masyarakat dunia tentang betapa pentingnya alam adalah melalui karya sastra, seperti puisi alam.
Di bawah ini ada Puisi Alam yang dibuat khusus oleh Pecinta Alam yang mencintai alamnya dan berusaha untuk menyadarkan masyarakat sekitar untuk turut serta dalam usahanya menjaga alam, berikut ulasannya :
Di bawah ini ada Puisi Alam yang dibuat khusus oleh Pecinta Alam yang mencintai alamnya dan berusaha untuk menyadarkan masyarakat sekitar untuk turut serta dalam usahanya menjaga alam, berikut ulasannya :
Puisi Gunung Rayuan Edelwais
Chatper dari: Cinthya
Awalnya aku heran dengan kamu, Pendaki.
Mau saja lelah dan terengah di tengah hutan sunyi.
Kaki terus mendaki tak peduli pagi berganti sore hari.
Tadinya aku bingung dengan kamu, Kekasih.
Mau saja membawa beban tak kira-kira.
Menghabiskan tenaga, berbekal satu liter air dikantong sebelah kanan.
Mau saja membawa beban tak kira-kira.
Menghabiskan tenaga, berbekal satu liter air dikantong sebelah kanan.
Gelap datang, tenda ditegakkan.
Kamu memberikan posisi terbaikmu untuk aku, katanya biar aku nyaman dan manyunku hilang.
Api unggun menyala diiringi gelak tawa. Hahaha.
Kamu memberikan posisi terbaikmu untuk aku, katanya biar aku nyaman dan manyunku hilang.
Api unggun menyala diiringi gelak tawa. Hahaha.
Kamu sibuk bernyanyi sambil menghidupkan pemantik.
Kamu berikan aku segelas teh yg kamu racik.
"Masih mau pulang?" Sindirmu.
Kamu berikan aku segelas teh yg kamu racik.
"Masih mau pulang?" Sindirmu.
Malam semakin malam.
Kabut turun, hujan menyaut.
Aku semakin ingin pulang!
Aku hanya ingin kamar tersayang dibawah atap nyaman!
Kamu mendekapku kencang. Menenangkanku dengan gamang. Dan akhirnya kamu mendengkur diam-diam.
Kabut turun, hujan menyaut.
Aku semakin ingin pulang!
Aku hanya ingin kamar tersayang dibawah atap nyaman!
Kamu mendekapku kencang. Menenangkanku dengan gamang. Dan akhirnya kamu mendengkur diam-diam.
Pagi hari ketika bulu kuduk berdiri
Kamu tarik aku keluar tenda.
"Ayolah, utk sekali ini saja biarkan aku liat senyum itu"
Aku masih cemberut, bibirku tetap kerucut.
"Ayo!" Teriakmu tak peduli.
Aku bisa apa? Aku ikuti kamu tertatih-tatih.
Kamu tarik aku keluar tenda.
"Ayolah, utk sekali ini saja biarkan aku liat senyum itu"
Aku masih cemberut, bibirku tetap kerucut.
"Ayo!" Teriakmu tak peduli.
Aku bisa apa? Aku ikuti kamu tertatih-tatih.
Padang Edelwais.
Sekalinya aku terperangah.
Ini bukan barang diskon setengah harga.
Aku melongo tak percaya, inikah surga?
Sekalinya aku terperangah.
Ini bukan barang diskon setengah harga.
Aku melongo tak percaya, inikah surga?
Kamu merasa menang melihat aku kaku
"Taukah kamu kenapa aku bersikukuh mengajakmu? Aku tidak ingin membawakan segenggam edelwais ini ke depan rumahmu, aku ingin padang edelwais ini dihadapkan langsung ke kamu, tersayangku."
"Taukah kamu kenapa aku bersikukuh mengajakmu? Aku tidak ingin membawakan segenggam edelwais ini ke depan rumahmu, aku ingin padang edelwais ini dihadapkan langsung ke kamu, tersayangku."
Tuhan luar biasa.
Aku dihujam jatuh cinta tak kira-kira.
Wah mantap puisinya :)
BalasHapuswahhh, puisinya bagus sekali gan,,,, :D
BalasHapus